Innalillah.. Beredar Video Penjaga Pintu Rel di Bandung Diduga Bunuh Diri Tergilas Kereta Api
Seorang penjaga pintu rel tewas tergilas Kereta Api Mutiara Selatan jurusan Bandung-Surabaya yang melintas di Jalan Ahmad Yani (Kosambi), Kota Bandung. Pria bernama Diki Sodikin (39), Warga Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jabar, ini diduga bunuh diri dengan cara menabrakkan tubuhnya ke kereta tersebut.
Kasubaghumas Polrestabes Bandung Kompol Reny Marthaliana menyebutkan insiden tersebut terjadi pada Senin (22/8/2016), sekitar pukul 09.55 WIB. "Dia meninggal di tempat kejadian," kata Reny via pesan telepon. Demikian seperti berita dilansir oleh detik.com.
Reny menerangkan, Diki bertugas sebagai sekuriti PT KAI sekaligus penjaga gerbang jalur perlintasan kereta di Jalan Ahmad Yani. Menurut Reny, berdasarkan keterangan dua saksi yang salah satunya yaitu Turdina, penjaga pintu rel di lokasi yang sama, Diki tiba-tiba mendekati Kereta Api Mutiara Selatan yang datang dari arah timur ke barat di jalur dua.
"Dia (Diki) lari ke arah tengah rel. Setelah kereta dekat, dia merebahkan atau menjatuhkan diri sehingga tertabrak kereta serta terseret sejauh 10 meter," ucap Reny.
Diki tewas dalam kondisi mengenaskan. Pihak kepolisian masih menyelidiki lebih lanjut berkaitan peristiwa tersebut.
"Tadi jenazahnya dibawa menggunakan ambulans PMI Kota Bandung ke Rumah Sakit Sartika Asih Bandung. Kami langsung mengkonfirmasi kejadian ini pihak keluarga korban," ujar Reny.
Dalam video yang beredar, tampak seorang petugas yang mencoba mencegah korban agar tak bunuh diri, namun, namun gagal karena kereta api sudah sangat dekat.
Video sengaja tidak kami tampilkan untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan.
Bagaimanapun, dalam pandang Islam bunuh diri tidaklah dibenarkan.
BUNUH diri ialah suatu tindakan yang biasanya diyakini oleh pelakunya untuk mengakhiri hidup. Pelaku bunuh diri beranggapan bahwa, bunuh dirilah pilihan terbaik untuk akhiri penderitaan yang sedang mereka alami. Biasanya, pelaku bunuh diri itu dikarenakan adanya depresi. Baik itu karena keadaan ekonomi, sosial, politik dan masih banyak lagi. Lalu, bagaimana menurut pandangan Islam?
Hidup dan mati itu ada di tangan Allah SWT dan merupakan karunia dan wewenang Allah SWT. Maka Islam melarang orang melakukan pembunuhan, baik terhadap orang lain (kecuali dengan alasan yang dibenarkan oleh agama) maupun terhadap dirinya sendiri (bunuh diri) dengan alasan apapun.
Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu,” (QS. an-Nisa: 29).
Apapun alasan dan caranya membunuh diri hukumnya adalah syirik. Sedangkan pelaku syirik tidak akan diampuni dosanya oleh Allah, bahkan kekal disiksa dalam api neraka. Bunuh diri dengan cara meminum racun, gantung diri, terjun bebas, melukai diri, atau dengan bom dan seterusnya adalah sama saja hukumnya. Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, Maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya,” (QS. an-Nisa: 116).
Islam tidak mengenal dan mengajarkan bunuh diri. Ajaran bunuh diri hanya dikenal dalam ajaran shinto dari Jepang yang dilakukan para samurai yang gagal melaksanakan misinya (harakiri), juga oleh tentara nippon melawan musuhnya dengan jibaku (menabrakkan pesawat tempur ke kapal musuh). Dalam agama shinto diajarkan bahwa pelaku bunuh diri demi membela keyakinan akan masuk nirwana (syurga).
Rasulullah SAW menerangkan begitu mengerikannya pelaku yang melakukan bunuh diri di akhirat kelak. Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, “Siapa yang bunuh diri dengan senjata tajam, maka senjata itu akan ditusuk-tusukannya sendiri dengan tangannya ke perutnya di neraka untuk selama-lamanya; dan siapa yang bunuh diri dengan racun, maka dia akan meminumnya pula sedikit demi sedikit nanti di neraka, untuk selama-lamanya; dan siapa yang bunuh diri dengan menjatuhkan diri dari gunung, maka dia akan menjatuhkan dirinya pula nanti (berulang-ulang) ke neraka, untuk selama-lamanya,” (HR. Muslim).
Maka dari itu, kita selaku umat Muslim yang memiliki pedoman hidup yakni al-Qur’an dan hadits, haruslah bisa mengendalikan diri kita agar tidak melakukan hal yang dilarang itu. Apabila depresi dalam mengahadapi masalah dunia ini melanda kita, maka yakinkan diri kita bahwa Allah selalu ada bersama kita. Dia tidak akan membiarkan hamba-Nya berada dalam kesulitan. Kita harus yakin bahwa segala masalah yang kita hadapi merupakan ujian dari Allah. Dan Allah tidak akan memberikan ujian di luar batas kemampuan kita. [rika/islampos/serbamakalah/akhirzaman]