Jangan Lupa, Pakailah Kacamata Khusus untuk Melihat Gerhana Matahari
Masyarakat dianjurkan memakai alat filter atau kacamata khusus saat menyaksikan peristiwa gerhana matahari total yang akan melintas di sejumlah provinsi Indonesia.
"Dianjurkan menggunakan filter atau bisa kacamata khusus agar peristiwa langka ini tidak terlewatkan," kata Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Ilham Oetama Marsis saat dihubungi di Jakarta, Selasa (01/03/2016).
Sinar matahari, kata dia, dapat membahayakan retina mata jika proses gerhana matahari dilihat dengan mata telanjang atau tanpa alat bantu penglihatan.
Menurut Marsis, sinar matahari saat gerhana matahari total (GMT) memiliki efek merugikan masyarakat jika dilihat mata secara langsung.
Efek yang mungkin ditimbulkan adalah berkurang atau hilangnya kemampuan penglihatan mata manusia atau biasa disebut dengan "acute eclipse retinopathy".
Dampak yang dideteksi dari gangguan penglihatan itu ditandai kerusakan retina mata.
Kendati demikian, dia berpendapat jika rasa keingintahuan masyarakat untuk melihat GMT sangat besar dan tidak boleh dihambat sebagaimana pernah terjadi di masa Orde Baru.
Saat itu, pemerintah meminta masyarakat agar berlindung di dalam ruangan guna menghindari kebutaan akibat melihat langsung sinar gerhana matahari.
Sementara itu, Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Andi Eka Sakya mengatakan fenomena GMT hanya terjadi sekali di tempat yang sama dalam umur hidup manusia.
"Fenomena GMT di tempat yang sama ini hanya terjadi 350 tahun sekali," kata dia.
Andi mengatakan terdapat 11 provinsi di Indonesia yang dilintasi GMT tahun ini yaitu Bengkulu, Sumatera Selatan, Jambi, Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah dan Maluku Utara.
Sementara itu, kota yang akan dilalui GMT adalah Muko-muko (Bengkulu), Palembang, Tanjung Pandan, Palangkaraya, Balikpapan, Palu dan Ternate.
Gerhana matahari total, kata Andi, adalah fenomena alam dengan kedudukan matahari, bulan dan bumi berturut-turut berada dalam satu garis lurus.
Efek dari posisi itu membuat sebagian wilayah akan terkena bayangan gelap bulan. Akibatnya, wilayah yang terkena bayangan gelap bulan tidak dapat melihat matahari secara langsung.
Dalam proses itu, kata dia, diperkirakan akan terjadi perubahan berbagai fenomena alam yang berbeda dibandingkan bumi saat tidak mengalami GMT.