Media massa independen? Gombal ah, jangan dusta, apalagi sedang puasa
Media massa independen?
Gombal ah, jangan dusta, apalagi sedang puasa. Contohnya KompasTV. Setidaknya sudah dua kali stasiun TV swasta ini menggombali publik melalui politik pemberitaan framing.
Semua sudah paham dah, framing merupakan metode penyajian realitas di mana kebenaran tentang suatu kejadian tidak diingkari secara total, melainkan dibelokkan secara halus dengan memberikan penonjolan pada aspek tertentu.
Hal ini dilakukan dengan pemilihan diksi atau kata, kalimat, gambar atau foto, dan citra tertentu untuk ditampilkan kepada khalayak.
Ketika publik dikejutkan dengan gawat darurat LGBT, KompasTV (11/02/2016) menampilkan secara live seorang bercitra ''ustadz''. Sang ustadz menepis bahaya dan kegawatan LGBT. Lelaki yang sama kemudian ditampilkan di ILC TVOne edisi 16/02/2016. Setelah digeledah, ternyata pria itu namanya Hartoyo, seorang Pujakesuma (putra jawa kelahiran sumatera) yang 100 % GAY .
Belum lama ini, KompasTV menggeber kisah Mak Saeni, pedagang warteg di Serang yang pada 8 Juni lalu ditindak Satpol PP Kota Serang karena melanggar larangan berjualan siang hari Ramadhan.
Politik pemberitaan KompasTV yang intens memprovokasi publik sehingga mencuatkan permusuhan terhadap Perda Syariah.
Tidak heran jika Mak Saeni bakal dimunculkan dalam talkshow, sehingga perempuan lugu itu mendadak populer dan barangkali hendak diusung untuk bakal calon Gubernur Banten melalui jalur independen...hah...!
KompasTV independen?
Hanya satu kata: Bohong
Sumber: https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=608720139302927&id=100004948386442