Wasekjen MUI: Cina di Indonesia sudah jadi Kompeni Belanda, mereka pakai tangan aparat. Saya tidak terima, meskipun saya Cina!
Wasekjen MUI, Tengku Zulkarnain merasa prihatin adanya dugaan para begundal Cina di balik sejumlah peristiwa yang mengusik rakyat kecil. Dari mulai penggusuran di Jakarta, kasus reklamasi, hingga peristiwa Sari Rejo di Medan.
Terkait kasus penyerangan oknum aparat TNI AU terhadap warga Sari Rejo, Kecamatan Medan Polonia, Tengku Zulkarnain mencium ada indikasi kuat permainan Taipan Cina di balik itu.
Bahkan, anggota DPR RI Komisi III, Raden Muhammad Syafi’i, berani menyebut ada pengusaha hitam yang tidak segan-segan menistakan agama Islam. Sudah banyak masjid yang mereka robohkan, lantaran hanya ingin menguasai lahan seluas kurang lebih 260 Ha, yang ditempati oleh kurang lebih 36 ribu jiwa atau 5.300 kepala keluarga itu.
“Indikasi saya begini, bandara di Polonia itu kan dipindahkan ke Kualanamu, sekarang jadi apa di sekitar bekas bandara itu? Jadi perumahan Cina,” kata Tengku Zulkarnain kepada Panjimas.com, Rabu (17/8/2016).
Setidaknya ada sejumlah perumahan mewah di sekitar bekas Bandara Polonia, seperti Perumahan Taman Malibu Indah, Perumahan The Recidence Palace, Perumahan Taman Polonia, Villa Polonia, Grand Polonia dan Central Bisnis Distrik (CBD) Polonia.
Padahal, sesuai data yang ada tanah Polonia adalah kepunyaan Kesultanan Deli sesuai akte konsesi yang terdaftar di Archif yang disimpan NV.Deli Maschappij di Denhag, Belanda.
Taipan Cina Jadi Kompeni Belanda
Tengku Zulkarnain menyebut, berbagai lini kehidupan di Indonesia sudah banyak yang dikuasai oleh Cina.
“Ini terjadi bukan hanya di Medan, kita semua sekarang sedang dijajah oleh etnis Cina. Uang Indonesia ini menurut kabar 90% lebih dimiliki konglomerat Cina. Sertifikat tanah di Indonesia 70% lebih milik konglomerat Cina,” ungkapnya.
Pernyataan Tengku Zulkarnain yang menyebut-nyebut etnis Cina, tentu bukan karena sentimen bermuatan SARA. Karena ia pun merupakan keturunan Cina.
“Ini bukan SARA, karena saya anak Cina, ibu saya Cina, kakek nenek saya orang Cina. Tapi saya tidak mau kezaliman dilakukan oleh orang Cina seperti di Indonesia ini,” tuturnya.
Lebih lanjut, Tengku Zulkarnain meminta berbagai persoalan yang terjadi di Indonesia bisa cepat diselesaikan dan tidak mengorbankan rakyat kecil
“Saya khawatir rakyat tidak tahan, nanti kalau rakyat tidak tahan dibunuhi Cina di mana-mana, saya bisa jadi korban, anak-anak saya nanti ikut jadi korban juga,” ketusnya.
Saat ini kondisi di Indonesia dirasakan sudah begitu timpang. Tengku mengatakan, persis seperi doa yang dipanjatkan saat rapat paripurna di gedung DPR/MPR RI beberapa waktu lalu, di mana kaum pribumi justru menjadi kuli di negara sendiri. Lebih dari itu, rakyat bahkan dijajah, dirampas tanahnya.
“Etnis Cina di Indonesia itu sekarang sudah berubah menjadi Kompeni Belanda. Malah kalau mereka mau berbuat sesuatu, mereka pakai tangan aparat. Luar biasa ini. Sebagai ulama saya tidak terima negeri saya dibuat seperti ini, meskipun saya orang Cina,” tandasnya. [panjimas]
Terkait kasus penyerangan oknum aparat TNI AU terhadap warga Sari Rejo, Kecamatan Medan Polonia, Tengku Zulkarnain mencium ada indikasi kuat permainan Taipan Cina di balik itu.
Bahkan, anggota DPR RI Komisi III, Raden Muhammad Syafi’i, berani menyebut ada pengusaha hitam yang tidak segan-segan menistakan agama Islam. Sudah banyak masjid yang mereka robohkan, lantaran hanya ingin menguasai lahan seluas kurang lebih 260 Ha, yang ditempati oleh kurang lebih 36 ribu jiwa atau 5.300 kepala keluarga itu.
“Indikasi saya begini, bandara di Polonia itu kan dipindahkan ke Kualanamu, sekarang jadi apa di sekitar bekas bandara itu? Jadi perumahan Cina,” kata Tengku Zulkarnain kepada Panjimas.com, Rabu (17/8/2016).
Setidaknya ada sejumlah perumahan mewah di sekitar bekas Bandara Polonia, seperti Perumahan Taman Malibu Indah, Perumahan The Recidence Palace, Perumahan Taman Polonia, Villa Polonia, Grand Polonia dan Central Bisnis Distrik (CBD) Polonia.
Padahal, sesuai data yang ada tanah Polonia adalah kepunyaan Kesultanan Deli sesuai akte konsesi yang terdaftar di Archif yang disimpan NV.Deli Maschappij di Denhag, Belanda.
Taipan Cina Jadi Kompeni Belanda
Tengku Zulkarnain menyebut, berbagai lini kehidupan di Indonesia sudah banyak yang dikuasai oleh Cina.
“Ini terjadi bukan hanya di Medan, kita semua sekarang sedang dijajah oleh etnis Cina. Uang Indonesia ini menurut kabar 90% lebih dimiliki konglomerat Cina. Sertifikat tanah di Indonesia 70% lebih milik konglomerat Cina,” ungkapnya.
Pernyataan Tengku Zulkarnain yang menyebut-nyebut etnis Cina, tentu bukan karena sentimen bermuatan SARA. Karena ia pun merupakan keturunan Cina.
“Ini bukan SARA, karena saya anak Cina, ibu saya Cina, kakek nenek saya orang Cina. Tapi saya tidak mau kezaliman dilakukan oleh orang Cina seperti di Indonesia ini,” tuturnya.
Lebih lanjut, Tengku Zulkarnain meminta berbagai persoalan yang terjadi di Indonesia bisa cepat diselesaikan dan tidak mengorbankan rakyat kecil
“Saya khawatir rakyat tidak tahan, nanti kalau rakyat tidak tahan dibunuhi Cina di mana-mana, saya bisa jadi korban, anak-anak saya nanti ikut jadi korban juga,” ketusnya.
Saat ini kondisi di Indonesia dirasakan sudah begitu timpang. Tengku mengatakan, persis seperi doa yang dipanjatkan saat rapat paripurna di gedung DPR/MPR RI beberapa waktu lalu, di mana kaum pribumi justru menjadi kuli di negara sendiri. Lebih dari itu, rakyat bahkan dijajah, dirampas tanahnya.
“Etnis Cina di Indonesia itu sekarang sudah berubah menjadi Kompeni Belanda. Malah kalau mereka mau berbuat sesuatu, mereka pakai tangan aparat. Luar biasa ini. Sebagai ulama saya tidak terima negeri saya dibuat seperti ini, meskipun saya orang Cina,” tandasnya. [panjimas]