Kantong Plastik yang Diributkan: Masyarakat Dituntut Go Green, Sementara pihak Kapitalis dibiarkan begitu saja


Kantong Plastik yang Diributkan

Oleh Rizqi Awal

Pro dan Kontra tentang kebijakan Kantong Plastik berbayar demi kehidupan Go Green sedang menjadi hal menarik. Sama halnya dengan gerakkan hemat energi, di mana mematikan lampu satu jam saja.
Ya, hal yang lucu, ketika masyarakat dituntut untuk memulai Go Green, tetapi para pihak Kapitalis dibiarkan begitu saja dalam memboroskan energi dan kerusakan lingkungan. Sebenarnya Jaringan Minimarket yang tersebar di seantero Nusantara juga telah menyediakan plastik ramah lingkungan, yang tidak berdampak banyak dengan plastik yang justru hadir dibuat kemasan.

Perhatikan wadah bungkus mie instan, perhatikan botol-botol yang berjejer terjual di rak-rak tersebut, yang sesungguhnya jauh lebih mengenaskan dibandingkan kantong plastik. Ada yang bilang, apa susahnya uang Rp 200,-.

Uang Rp 200,00 itu bila dikalikan 500.000 orang artinya berada di angka Rp 100.000.000,- setiap harinya keluar dari kantong rakyat untuk kepentingan kapitalisme. Pertanyaannya, apakah ada imbal bali dari Rp 200,- itu? Apakah ada Program Go Green yang nyata dari paksaan uang tersebut? Pemerintah, sekali lagi terlihat sebagai penghisap darah dari rakyat. Dengan alih peduli lingkungan, justru Negara dan Pemerintah dengan semena-mena menyalahkan semua karena rakyat. Bagaimana dengan kondisi Pembakaran Hutan yang juga melenyapkan paru-paru dunia kemarin? Bagaimana hukum dan tindakan tegasnya? Bagaimana dengan pembuangan limbah dan AMDAL yang sembarangan dari para Perusahaan besar yang mengotori sungai-sungai yang dulu bersih?

Ah sudahlah, pasti juga ada pembela pemerintah, yang menganggap bahwa Pemerintah tidak berhak dikritik. Paling yang akan keluar pernyataan, "Jangan ditanya, Apa yang diberikan Negara kepada kita, tapi buatlah pertanyaan apa yang diberikan kita kepada Negara."

Kalau pemerintah memang serius mengurusi isu lingkungan hidup, Maka mencabutnya dari akar, jangan memotong ranting dan daunnya


Subscribe to receive free email updates: